Berbagi Info dari Blog : WIKI/BUKUBEBAS
Putri Kaca Mayang adalah dongeng mengenai asal mula Kota Pekanbaru di provinsi Riau.
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak berdirilah
sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini sangat terkenal, karena
mempunyai seorang panglima yang gagah perkasa dan disegani, Panglima
Gimpam namanya. Selama ia menjadi penglima Kerajaan Gasib, tiada satu
pun kerajaan lainyang dapat menaklukkannya.
Kerajaan Gasib juga mempunyai seorang putri yang kecantikannya sudah
masyhur sampai ke berbagai negeri, Putri Kaca Mayang namanya.Meskipun
demikian, tak seorang raja pun yang berani meminangnya. Mereka merasa
segan meminang sang Putri, karena Raja Gasib terkenal mempunyai Panglima
Gimpam yang gagah berani itu.
Raja Aceh memberanikan dirinya meminang PutriKaca Mayang. Ia pun
mengutus dua orang panglimanya untuk menyampaikan maksudpinangannya
kepada Raja Gasib. Sesampainya di hadapan Raja Gasib, kedua panglima itu
kemudian menyampaikan maksudkedatangan mereka.“Ampun, Baginda! Kamiadalah utusan Raja Aceh. Maksud kedatangan kami
adalah untuk menyampaikan pinangan raja kami,” lapor seorang utusan.
“Benar, Baginda! Raja kami bermaksud meminang Putri Baginda yang bernama Putri Kaca Mayang,” tambah utusan yang satunya.
“Maaf, Utusan! Putriku belum bersedia untuk menikah. Sampaikan
permohonan maaf kamikepada raja kalian,” jawab Raja Gasib dengan penuh
wibawa. Mendengar jawaban itu, kedua utusan tersebut bergegas kembali ke
Aceh dengan perasaan kesal dan kecewa.
Di hadapan Raja Aceh, kedua utusan itu melaporkan tentang penolakan
Raja Gasib. Raja Aceh sangat kecewa dan merasa terhina mendengar laporan
itu. Ia sangat marah dan berniat untuk menyerang Kerajaan Gasib.
Sementara itu, Raja Gasib telah mempersiapkan pasukan perang kerajaan
untuk menghadapi serangan yang mungkin terjadi, karena ia sangat
mengenal sifat Raja Aceh yang angkuh itu. Panglima Gimpam memimpin
penjagaan di Kuala Gasib, yaitu daerah di sekitar Sungai Siak.
Rupanya segala persiapan Kerajaan Gasib diketahui oleh Kerajaan Aceh.
Melalui seorang mata-matanya, Raja Aceh mengetahui Panglima Gimpam yang
gagah perkasa itu berada di Kuala Gasib. Oleh sebab itu, Raja Aceh dan
pasukannya mencari jalan lain untuk masuk ke negeriGasib. Maka
dibujuknya seorang penduduk Gasib menjadi penunjuk jalan.
“Hai, orang muda! Apakah kamu penduduk negeri ini?, tanya pengawal
Raja Aceh kepada seorang penduduk Gasib. “Benar, Tuan!” jawab pemuda itu
singkat. “Jika begitu, tunjukkan kepada kami jalan darat menuju negeri
Gasib!” desak pengawal itu. Karena mengetahui pasukan yang dilengkapi
dengan senjata itu akan menyerang negeri Gasib, pemuda itu menolak untuk
menunjukkan mereka jalan menuju ke Gasib.Ia tidak ingin menghianati
negerinya. “Maaf, Tuan! Sebenarnya saya tidak tahu seluk-beluk negeri
ini,” jawab pemuda itu. Merasa dibohongi, pengawal Raja Aceh tiba-tiba
menghajar pemuda itu hingga babak belur. Karena tidak tahan dengan
siksaan yang diterimanya, pemuda itu terpaksa memberi petunjuk jalan
darat menuju ke arah Gasib.
Berkat petunjuk pemuda itu, maka sampailah prajurit Aceh di negeri
Gasib tanpa sepengetahuan Panglima Gimpam dan anak buahnya. Pada saat
prajurit Aceh memasuki negeri Gasib, mereka mulai menyerang penduduk.
Raja Gasib yang sedang bercengkerama dengan keluarga istana tidak
mengetahui jika musuhnya telah memporak-porandakan kampung dan
penduduknya. Ketika prajurit Aceh menyerbu halaman istana, barulah Raja
Gasib sadar, namun perintah untuk melawan sudah terlambat. Semua
pengawal yang tidak sempat mengadakan perlawanan telah tewas di ujung
rencong (senjata khas Aceh) prajurit Aceh. Dalam sekejap, istana
berhasil dikuasai oleh prajurit Aceh. Raja Gasib tidak dapat berbuat
apa-apa. Ia hanya bisa menyaksikan para pengawalnya tewas satu-persatu
dibantai oleh prajurit Aceh. Putri Kaca Mayang yang cantik jelita itu
pun berhasil mereka bawa lari.
Panglima Gimpam yang mendapat laporan bahwa istana telah dikuasai
prajurit Aceh,ia bersama pasukannya segera kembali ke istana. Ia melihat
mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Panglima Gimpam sangat
marah dan bersumpah untuk membalas kekalahan Kerajaan Gasib dan berjanji
akan membawa kembali PutriKaca Mayang ke istana.
Pada saat itu pula Panglima Gimpam berangkat ke Aceh untuk menunaikan
sumpahnya. Dengan kesaktiannya, tak berapa lama sampailahPanglima
Gimpam di Aceh. Prajurit Aceh telah mempersiapkan diri menyambut
kedatangannya. Mereka telah menyiapkan dua ekor gajah yang besar untuk
menghadang Panglima Gimpam di gerbang istana. Ketika Panglima Gimpam
tiba di gerbang istana, ia melompat ke punggunggajah besar itu. Dengan
kesaktian dan keberaniannya, dibawanya kedua gajah yang telah dijinakkan
itu ke istana untuk diserahkan kepada Raja Aceh.
Raja Aceh sangat terkejut dan takjub melihat keberanian dan kesaktian
Panglima Gimpam menjinakkan gajah yang telah dipersiapkan untuk
membunuhnya. Akhirnya Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpam dan
diserahkannya Putri Kaca Mayang untuk dibawa kembali ke istana Gasib.
Setelah itu, Panglima Gimpam segera membawa Putri Kaca Mayang yang
sedang sakit itu ke Gasib. Dalam perjalanan pulang, penyakit sang Putri
semakin parah. Angin yang begitu kencang membuat sang Putri susah
untukbernapas. Sesampainya di SungaiKuantan, Putri Kaca Mayang meminta
kepada Panglima Gimpam untuk berhentisejenak. “Panglima! Aku sudah tidak
kuat lagi menahan sakit ini. Tolong sampaikan salam dan permohonan
maafku kepada keluargaku di istina Gasib,” ucap sang Putri dengan suara
serak. Belum sempat Panglima Gimpam berkata apa-apa, sangPutri pun
menghembuskan nafasterakhirnya. Panglima Gimpam merasa bersalah sekali,
karena ia tidak berhasil membawa sang Putri ke istana dalam keadaan
hidup. Dengan diliputi rasa duka yang mendalam, Panglima Gimpam
melanjutkan perjalanannya dengan membawa jenazah Putri Kaca Mayang ke
hadapan Raja Gasib.
Sesampainya di istana Gasib, kedatangan Panglima Gimpam yang membawa
jenazah sang Putri itu disambutoleh keluarga istana dengan perasaan
sedih. Seluruh istana dan penduduk negeri Gasib ikut berkabung. Tanpa
menunggu lama-lama, jenazah Putri Kaca Mayang segera dimakamkan di
Gasib. Sejak kehilangan putrinya, Raja Gasib sangat sedih dan kesepian.
Semakin hari kesedihan Raja Gasib semakin dalam. Untuk menghilangkan
bayangan putri yang amat dicintainya itu, Raja Gasib memutuskan untuk
meninggalkan istana dan menyepi ke Gunung Ledang, Malaka.
Untuk sementara waktu, pemerintahan kerajaan Gasib dipegang oleh
Panglima Gimpam. Namun, tak berapa lama, Panglima Gimpampun berniat
untuk meninggalkan kerajaan itu. Sifatnya yang setia, membuat Panglima
Gimpam tidakingin menikmati kesenangan di atas kesedihan dan penderitaan
orang lain. Ia pun tidak mau mengambil milik orang lain walaupun
kesempatan itu ada di depannya.
Akhirnya, atas kehendaknya sendiri, Panglima Gimpam berangkat
meninggalkan Gasib dan membuka sebuah perkampungan baru, yang dinamakan
Pekanbaru.
Baca Juga : Room Cerita Putri Mayang
Baca Juga : Arti Room Pengetahuan
Baca Juga : Room Cerita Putri Mayang
Baca Juga : Arti Room Pengetahuan
Posting Komentar
WARNING : HARAP TENANG